A. Definisi Bahasa Indonesia Keilmuan
Di dalam penggunaan bahasa dalam bidang ilmu pengetahuan mempunyai sifat pemakaian yang sangat khas, spesifik, sehingga dapat dibilang bahwa bahasa dalam bidang ilmu pengetahuan mempunyai ragam bahasa tersendiri yang bisa dikatakan berbeda dengan ragam-ragam bahasa yang lain. Sifat-sifat tersebut ada yang umum sebagai bahasa ilmiah di keilmuan, dan ada yang bersifat khusus berhubungan dengan pemakaian kosakata, istilah, serta bentuk-bentuk gramatika.
Keilmuan sifat bahasa ragam ilmiah yang bersifat umum berhubungan dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk menyampaikan informasi ilmiah pada peristiwa komunikasi yang terjadi antara penulis dan pembaca. Informasi yang disampaikan tentu dengan bahasa yang jelas, benar, efektif, sesuai, bebas dari sifat samar-samar, dan tidak bersifat ambigu. Hal ini penting sekali diperhatikan oleh penulis agar informasi ilmiah yang didapat dapat disampaikan dan dipahami secara jelas, objektif, dan logis, sehingga dapat tercapai kesamaan pemahaman, persepsi, dan pandangan terhadap konsep-konsep keilmuan yang dimaksud oleh penulis dan pembaca.
Seperti halnya bahasa lain pada umumnya, bahasa Indonesia dalam penulisan karya tulis ilmiah juga mempunyai karakteristik. Karakteristik bahasa Indonesia dalam konsep ini dibagi menjadi beberapa macam, bahasa Indonesia keilmuan meliputi :
1. Bentukan Kata
Bentukan kata yang harus digunakan adalah kata standar yang tunduk pada kaidah tata bahasa Indonesia yang berlaku. Menurut Arifin (2010: 33) menjelaskan bahwa ada dua cara pembentukan kata yaitu dari dalam dan dari luar bahasa indonesia. Dari dalam bahasa indonesia berbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar berbentuk kata baru melalui unsur serapan.
Kata pungut atau serapan adalah kata yang diambil dari kata-kata asing. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan kita terhadap nama dan penamaan benda atau situasi tertentu yang belum dimiliki bahasa indonesia.
Menurut Arifin (2010: 34) kata pungut itu ada yang dipungut tanpa diubah tetapi ada juga yang diubah. Kata-kata pungut yang sudah disesuaikan dengan bahasa indonesia disebut bentuk serapan.
2. Bentukan kalimat
Penulisan kalimat sangat penting untuk memperhatikan keefektifan kalimat tersebut. Keefektifan kalimat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi penulis dan pembaca. Dari sisi penulis, kalimat dapat dikatakan efektif jika mampu membawa gagasan yang ingin disampaikan penulis secara tepat dan akurat. Dan dari sisi pembaca, kalimat dikatakan efektif jika tafsiran pesan yang dibaca sama dengan apa yang dimaksudkan dengan penulis.
Menurut Arifin (2010: 66) kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud tulisan tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik , tanda tanya, dan tanda seru. Jika dilihat dari dalam bahasa indonesia ada dua macam, yaitu
a. kalimat-kalimat yang berpredikat kata kerja.
b. Kalimat-kalimat yang berpredikat bukan kata kerja.
3. Diksi Keilmuan
Setiap kata memiliki makna tertentu untuk membuat gagasan yang ada dalam benak seseorang. Bahkan makna kata bisa saja “diubah” saat digunakan dalam kalimat yang berbeda.
Menurut Sri Pamungkas (2012:71) Diksi keilmuan adalah pilihan kata yang dipergunakan dalam sebuah karya ilmiah hendaknya memenuhi kaidah bahasa indonesia yang disempurnakan. Teknis penyajian yang dimaksud adalah bagaimana seorang penulis memilih kata yang tepat memiliki makna denotasi, tidak membuat ambigu makna dan pola logis.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diksi berarti "pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan)”. Dari pernyataan itu dapat disimpulkan, bahwa diksi adalah pemilihan kata dan atau gaya ekspresi seseorang, artinya setiap orang memiliki pemilihan kata, cara dan gaya dalam menyapaikan kata yang mereka ucapkan, tentu saja hal ini dapat mempengaruhi tata bahasa orang tersebut, termasuk saat seseorang membuat tulisan pada blog.
4. Paragraf Keilmuan
Paragraf dalam penulisan karya ilmiah memiliki ciri hampir sama dengan paragraf pada umumnya, Yang membedakan adalah keketatan dalam pengembangan gagasan dan penyusunan kalimatnya. Gagasan dalam paragraf keilmuan dituntut pengembangannya secara utuh, dan lengkap. Paragraf keilmuan terbagi menjadi beberapa macam yaitu, Deskripsi, eksposisi, argumentasi, narasi, persuasi.
a. Deskripsi adalah Karangan yang berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut. Karangan deskripsi memiliki ciri-ciri seperti: Menggambarkan atau melukiskan sesuatu. Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera. Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
Pola pengembangan paragraf deskripsi:
1. Paragraf Deskripsi Spasial, paragraf ini menggambarkan objek kusus ruangan, benda atau tempat.
2. Paragraf Deskripsi Subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan perasaan penulis.
3. Paragraf Deskripsi Objektif, paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.
b. Eksposisi adalah paragraf yang bertujuan untuk memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi, mengajarkan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan atau desakan agar pembaca menerima atau mengikutinya.
Ciri-ciri paragraf eksposisi:
1. Memaparkan definisi (pengertian).
2. Memaparkan langkah-langkah, metode, atau cara melaksanakan suatu kegiatan.
Menurut Aceng (2005:31) ciri-ciri karangan eksposisi antara lain:
1. Penjelasan bersifat informatif.
2. Pembahasan masalahnya bersifat objektif.
3. Penjelasannya disertakan dengan bukti-bukti yang konkret.
4. Pembahasanya bersifat logis atau sesuai dengan penalaran.
c. Argumentasi adalah jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan disertai bukti dan fakta (benar-benar terjadi).
Menurut Widyamartaya (1992:9-10), Argumentasi bertujuan menyampaikan gagasan berupa data, bukti hasil penalaran, dan sebagainya dengan maksud untuk meyakinkan pembaca tentang kebenaran pendirian atau kesimpulan pengarang atau untuk memperoleh kesepakatan pembaca tentang maksud pengarang. Tema yang tepat untuk paragraf Argumentasi : Disiplin kunci sukses belajar.
Ciri-ciri karangan argumentasi:
Memerlukan fakta untuk pembuktian berupa gambar atau grafik, dan lain-lain. Menggali sumber ide dari pengamatan, pengalaman, dan penelitian. Penutup berisi kesimpulan.
d. Narasi adalah dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konflik. Selain alur cerita, konfiks dan susunan kronologis. Menurut Keraf (2000:136), ciri karangan narasi yaitu: Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan. Dirangkai dalam urutan waktu.
Ciri-ciri narasi lebih lengkap lagi diungkapkan oleh Atar Semi (2003: 31) sebagai berikut:
1. Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman penulis.
2. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.
3. Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak menarik.
4. Memiliki nilai estetika.
5. Menekankan susunan secara kronologis
e. Persuasi adalah suatu bentuk karangan yang bertujuan membujuk pembaca agar mau berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuannya dapat tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan data dan fakta yang ada dalam kehidupan nyata yang di alami manusia.
f. Ciri Kewacanaan
Dalam hal ini kesatuan kalimat sangat perlu diperhatikan kesatuan kalimat. Untuk menjadikan suatu paragraf memiliki makna maka harus disusun kalimat yang salingberkaitan satu sama lain.
B. Ciri-ciri Ragam Bahasa Keilmuan
Pada saat kita berbahasa, baik lisan maupun tulis, kita selalu memperhatikan faktor-faktor yang menentukan bentuk-bentuk bahasa yang kita gunakan. Pada saat menulis, misalnya kita selalu memperhatikan siapa pembaca tulisan kita , apa yang kita tulis, apa tujuan tulisan itu, dan di media apa kita menulis. Hal yang perlu mendapat perhatian tersebut merupakan faktor penentu dalam berkomunikasi. Faktor-faktor penentu berkomunikasi meliputi : partisipan, topik, latar, tujuan, dan saluran (lisan atau tulis). Bahasa Indonesia Ilmiah adalah ragam Bahasa Indonesia yang digunakan untuk kegiatan ilmiah oleh kelompok masyarakat terpelajar.
Kegiatan ilmiah biasanya bersifat resmi. Ragam Bahasa Indonesia yang digunakan dalam kegiatan ini adalah ragam Bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia ilmiah adalah ragam Bahasa Indonesia baku yang digunakan untuk kegiatan ilmiah oleh kelompok masyarakat terpelajar.
Meski sama-sama baku, tetapi ada perbedaan dalam penggunaan Bahasa Indonesia baku untuk kegiatan kenegaraan dan untuk kegiatan ilmiah. Dalam kegiatan ilmiah, penggunaan Bahasa Indonesia yang baku harus sesuai dengan sifat keilmuan yang meliputi: benar, logis cermat dan sistematis.
Menurut Alek (2011: 166) menjelaskan bahwa karangan ilmiah adalah karya tulis yang memaparkan pendapat, gagasan, tanggapan, atau hasil penelitian yang berhubungan dengan kegiatan keilmuan.
Menurut Alek (2011: 169) pada dasarnya metode ilmiah menggunakan dua pendekatan yaitu:
1. Pendekatan rasional yaitu berupaya merumuskan kebenaran berdasrkan kajian data yang diperoleh dari berbagai rujukan.
2. Pendekatan empiris yaitu berupaya merumuskan kebenaran berdasrkan fakta yang diperoleh dari lapangan atau hasil percobaan dari laboratorium.
Dari pemaparan diatas dapat dikatakan bahwa ilmu itu merupakan pengetahuan yang sistematis dan diperoleh melalui pendekatan rasional dan empiris. Pada hakikatnya karya tulis merupakan dokumen tentang segala temuan manusia yang diperoleh dengan metode ilmiah dan disajikan dengan bahasa yang khas serta ditulis menurut konfensi tertentu. Bahasa khas ilmiah adalah bahasa yang ringkas atau hemat, jelas, cermat, baku, lugas, denotatif, dan runtun.
Menurut Nazar (2004:9) ciri ragam Bahasa Indonesia Ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan kaidah pada Bahasa Indonesia baku, baik kaidah tata ejaan maupun tata bahasa (pembentukan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf).
2. Ide yang diungkapkan harus benar, sesuai dengan fakta yang dapat diterima akal sehat (logis).
3. Ide yang diungkapkan harus tepat dan hanya mengandung satu makna. Hal ini tergantung pada ketepatan memilih kata dan penyusunan struktur kalimat. Jadi, kalimat yang digunakan efektif.
4. Kata yang dipilih harus bernilai denotatif yaitu makna yang sebenarnya.
5. Ide diungkapkan dalam kalimat harus padat dan benar. Oleh sebab itu, penggunaan kata dalam kalimat seperlunya, tetapi pemilihannya tepat.
6. Pengungkapan ide dalam kalimat ataupun alinea harus lugas yaitu langsung menuju pada sasaran.
7. Unsur ide dalam kalimat ataupun alinea diungkapkan secara runtun dan sistematis.
8. Ide yang diungkapkan dalam kalimat harus jelas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir.
Bahasa Indonesia keilmuan memiliki ciri-ciri yang digunakan untuk kegiatan Penggunaan Bahasa Ragam Ilmiah sebagai berikut:
a. Objektif adalah kata-kata yang digunakan harus netral atau tidak memihak dan berorientasi pada gagasan atau objeknya.
Perhatikan kata yang dicetak miring pada kalimat berikut!
1. Kita tentu sering mendengar istilah tentang ilmu jiwa.
2. Barangkali yang mula-mula terpikir oleh kita bahwa ilmu jiwa tentu membahas masalah ilmu jiwa.
Bandingkan dengan kalimat di bawah ini!
1. Istilah ilmu jiwa sering terdengar atau didengar akhir-akhir ini.
2. Barangkali yang mula-mula terpikirkan ialah bahwa ilmu jiwa tentunya membahas masalah kejiwaan.
Berdasarkan contoh tersebut ternyata bahwa dalam penggunaan Bahasa Indonesia keilmuan yang ditekankan adalah keobjektifan. Kata-kata yang digunakan netral atau tidak memihak dan berorientasi pada gagasan atau objeknya. Penggunaan kata yang bersifat subjektif, ekstrem atau mutlak, dan emosional dihindari.
b. Ringkas dan Jelas adalah komunikasi keilmuan yang lugas dan langsung pada inti informasi. Komunikasi keilmuan harus langsung pada inti informasi dengan cara menggunakan unsur bahasa.
Perhatikan kata yang dicetak miring pada kalimat berikut!
Tidak diragukan lagi bahwa keterangan seperti itu masih samar dan tidak memberikan penjelasan apa-apa tentang topik itu karena tidak lebih dari mengulang kata-katanya saja.
Bandingkan dengan kalimat di bawah ini!
“Tidak diragukan lagi bahwa keterangan seperti itu masih samar.”
Kata “masih samar” berarti tidak memberikan penjelasan. Oleh karena itu, penggunaan kelompok kata yang bercetak miring mubazir atau boros. Komunikasi keilmuan harus langsung pada inti informasi dengan cara menggunakan unsur bahasa, misalnya kata atau istilah yang memang diperlukan untuk memaparkan informasi keilmuan.
c. Cendekia adalah kecermatan dalam pemilihan kata. Penulis harus mampu memilih kata dengan cermat sehingga pernyataannya terbentuk dengan tepat, cermat, logis, dan abstrak.
Perhatikan kata yang dicetak miring pada kalimat berikut!
Suatu perencanaan apabila diikuti oleh pengendalian yang teratur dapat mengha-silkan penghematan-penghematan di dalam perusahaan yang sekaligus akan memperkuat kemampuan perusahaan dan memberi saran-sarankepada mana-jemen.
Bandingkan dengan kalimat di bawah ini!
“Suatu perencanaan dan pengendalian yang teratur dapat menghasilkan berbagai penghematan, memperkuat daya saing perusahaan, dan memberikan masukan kepada sistem menajemen atau saran-saran rekomendasi kepada pihak manajer atau pengelola.”
Kalimat pertama menyatakan 3 gagasan, yaitu perencanaan yang diikuti pengendalian dapat menghasilkan penghematan, memperkuat kemampuan, dan memberikan saran kepada manajemen. Yang membingungkan pemahaman ialah benarkah perencanaan yang diikuti pengendalian dapat memberikan saran-saran kepada manajemen? Terdapat kerancuan pemahaman antara manajemen, sistem manajemen, dan manajer atau dengan kata lain pengelolaan, sistem pengelolaan, dan pengelola. Saran-saran atau rekomendasi seharusnya ditujukan kepada personal atau orang, sedangkan masukan atau in-put ditujukan pada lembaga atau sistem.
Pada kalimat kedua, penulis lebih cermat dalam memilih kata. Kecermatan atau ketelitian dalam memilih kata, frasa, kalimat dan sebagainya merupakan cirri kecendekiaan. Dengan kecendekiaan, penulis dapat membentuk pernyataannya dengan tepat, cermat, logis, dan abstrak.
d. Formal adalah bahasa Indonesia yang digunakan untuk kegiatan keilmuan harus bersifat formal.
Perhatikan kata yang dicetak miring pada kalimat berikut!
Dalam penelitian ini akan mencoba melihat sejauh mana hal-hal yang dikemukakan di atas berkembang dalam lingkungan perusahaan secara efektif.
Kalimat di atas fungsi subjek dan keterangan tidak jelas. Jika penelitian ini berfungsi subjek maka tidak perlu diberi pengantar kata depan dalam dan sejenisnya. Jika kata dalam penelitian ini berfungsi sebagai keterangan diikuti bentuk verba pasif di- .untuk memenuhi ciri formal, kalimat tersebut perlu diubah sebagai berikut.
1. … penelitian ini akan mencoba … (fungsi subjek), atau
2.… dalam penelitian ini akan dicoba … (fungsi keterangan).
e. Konsisten atau Taat Asas adalah penggunaan unsur bahasa dalam karya keilmuan digunakan secara konsisten. Unsur kebahasaan yang dimaksud adalah kosa kata atau istilah, bentukan kata, dan penggunaan singkatan. Dalam karya keilmuan jika sebuah istilah atau kata digunakan maka selanjutnya istilah atau kata tersebut digunakan secara konsisten.
Perhatikan kata yang dicetak miring pada kalimat berikut !
1. Mula-mula yang dilakukan peneliti adalah menghimpun data lapangan,mengolahnya, dan memberikan penafsiran.
2. Kumpulan data lapangan, hasil analisis, dan interpretasi adalah bagian yang sangat penting dalam penelitian keilmuan.
Kata menghimpun, mengolah, penafsiran, menjadi kumpulan, analisis, dan interpretasi kalimat yang digunakan secara tidak konsisten.
Bandingkan dengan kalimat di bawah ini!
1. Mula-mula yang dilakukan peneliti adalah mengumpulkan data lapangan, menganalisisnya, dan memberikan interpretasi.
2. Kumpulan data lapangan, hasil analisis, dan interpretasi adalah bagian yang sangat penting dalam penelitian keilmuan.
Kalimat di atas penggunaan kata mengumpulkan, menganalisis, dan interpretasi menjadi kumpulan, analisis, dan interpretasi kalimat yang digunakan dengan konsisten.
C. Jenis Karangan Ilmiah
Menurut (Chaer, 2011: 185-187) Karangan Ilmiah dapat dibedakan menjadi karangan ilmiah karya tulis , makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan laporan hasil penelitian.
1. Karya tulis adalah karangan ilmiah yang lazim diberika kepada siswa sekolah menengah mengenai salah satu aspek satu mata pelajaran. Didalamnya terdapat komponen masalaha, tujan penulisan, pembahasan, dan kesimpulan, biasanya halamannya kurang lebih 10 halaman
2. Makalah adalah karangan ilmiah yang ditulis untuk disajikan dalam satu seminar. Tebalnya biasanya 15-20 halaman dan diketik spasi 1,5 pada kertas ukuran A4, termasuk abstrak dan daftar pustaka. Makalah disusun berdasarkan hasil penelitian lapangan maupun penelitian pustaka.
3. Skripsi adalah karangan ilmiah berupa tugas akhir pada pendidikan strata satu (S1). Masalah yang diajukan berkenaan dengan salah satu aspek yang menjadi subtansi bidang keilmuan yang ditekuni.
4. Tesis adalah karangan ilmiah sebagai tugas akhir dalam pendidikan Strata dua. Isinya merupakan pendalaman dari salah satu aspek atau segi program segi yang diikuti.
5. Disertasi adalah karangan ilmiah sebgai tugas akhir dalam pendidikan Strata 3 isinya merupakan tinjauan filosofis terhadap satu aspek atau segi dari bidang ilmu yang diteliti.
6. Laporan hasil penelitian adalah laporan yang dibuat setelah suatu penelitian dilakukan. Laporan ini juga berisi komponen masalah, metode penelitian, objek penelitian, intrumen penelitian, hasil yang dicapai.
Penggunaan unsur bahasa dalam karya keilmuan digunakan secara konsisten. Unsur kebahasaan yang dimaksud adalah kosakata atau istilah, bentukan kata, dan penggunaan singkatan. Hal itu berbeda dengan diksi dalam karya non keilmuan yang lebih menekankan pada kevariasian penggunaan kata. Dalam karya keilmuan jika sebuah istilah atau kata digunakan maka selanjutnya istilah atau kata tersebut digunakan secara konsisten.
DAFTAR PUSTAKA
Aceng. Hasani. 2005. Ikhwal Menulis. Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Press.
Alek. Achmad. 2011. Bahasa Indonesia untuk perguran tinggi. Jakarta: Kencana prenada media group.
Arifin, Zaenal. Tasai, Amran. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Chaer. Abdul. 2011. Ragam Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka cipta.
Keraf. Goriys. 2004. Diksi dan gaya bahasa. Jakarta: Gramedia.
Nazar, Noerzisri. 2004. Bahasa Indonesia dalam Karangan Ilmiah. Bandung: Huma-niora
Pamungkas. Sri. 2012. Bahasa Indonesia Dalam Berbagai Perspektif. Yogyakarta: Andi Offset.
Semi, M. Atar. 2003. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya.
Widyamartaya, A. 1992. Seni Menuangkan Gagasan. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Karnisius.