BAB I
PENDAHULUAN
Segala
puji bagi Allaah, Dzat Yang tidak serupa dengan apapun dan siapapun. Shalawat
serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Baginda Agung Nabi Besar Muhammad
Shallallaahu ‘Alayhi Wasallam, keluarga, sahabat, serta orang-orang yang
mengikutinya sampai hari kiamat.
Nabi Muhammad adalah terakhir yang diturunkan
oleh Allah di Bumi. Sejak kecil Beliau dibekali dengan akhlak terpuji dan
dibersihkan dari akhlak-akhlak yang tercela. Nabi Muhammad juga membawa dan
menyebarkan agama yang diridhai Allah.
Yaitu agama islam. Namun dalam menyebarkan agama tersebut Nabi dihalui berbagai rintangan. Kegigihan
dan kesabaran Rosul yang menjadi senjata utama dalam penyebarannya. Nabi
Muhammad dakwah secara perlahan dari mulai secara sembunyi-sembunyi selama
beberapa tahun. Dilanjutkan secara terang-terangan. Nabi berdakwah dengan lemah
lembut. Tidak memakai segala cara yang justru menimbulkan perpecahan. Beliau
memang pantas menjadi Suri tauladan yang baik.
PEMBAHASAN
A. Nabi Muhammad
juga Manusia
Dengan segala kemuliaan, kesucian, dan keagungannya itu, Nabi Muhammad SAW tetaplah manusia biasa. Allah menegaskan hal ini dalam
beberapa ayat Al-Quran.
“Katakanlah, “Mahasuci Tuhanku, bukankah aku
ini hanyalah manusia yang menjadi rasul?” (Q.S Al-Isra’ ayat 93)
Katakanlah, “Sesungguhnya aku ini menusia
sepertimu, yang diwahyukan kepadaku, “Sungguh Tuhanmu adalah Tuhan Yang Esa.” (Q.S
Al-Kahfi ayat 18)
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun
sebelummu.” (Q.S Al-Anbiya’ ayat 21)
Sisi kemanusiaan Nabi tampak jelas dari kata-kata, tindakan, sikap,
dan perilaku. Bahkan terlihat pula dari kebiasaan yang sepele seperti buang
hajat. Ketika dua orang yang berselisih menghadap, beliau mengingatkan bahwa
keputusannya atas fakta pengaduan, yang mungkin saja salah. Nabi SAW bersabda,
“Aku hanyalah manusia biasa. Jika kalian mengadukan perselisihan kepadaku,
mungkin sebagian lebih kuat hujjahnya dari yang lain, sehingga aku memutuskan
berdasarkan apa yang kudengar. Jika keputusanku ternyata merampas hak
saudaranya yang lain (tidak sesuai kenyataan), jangan kalian ambil, karena itu
berarti aku memberi sepotong api neraka kepadanya. Pernah
suatu ketika seorang badui hendak menemui Nabi SAW. Namun saat melihat wibawa
beliau, ia ketakutan sehingga beliau bersabda, “jangan takut. Aku hanyalah
putera seorang perempuan yang makan (daging) dendeng di Makkah. Rasulullah
serta para Nabi dan Rasul sebelumnya
adalah manusia biasa, yang makan, minum, tidur, capek, berjalan di pasar,
lapar, dan haus. Seperti manusia lain, beliau juga sakit, tetapi bukan sakit
yang merusak citra kenabian, seperti lepra atau kusta. Ketika sakit, Nabi SAW
berobat seraya memohon kesembuhan kepada Allah dengan obat-obatan yang umum
digunakan orang Arab maupun non-Arab. Pernah beliau berbekam setelah mencicipi
makanan yang dibubuhi racun oleh orang Yahudi di Khaibar. Untuk menajamkan
pandangan, beliau bercelak. Nabi
SAW juga mengalami lupa. Pernah ketika melaksanakan sholat wajib empat rokaat (entah dhuhur atau
ashar),Nabi ternyata menunaikan shalat itu dengan
jumlah raka”at yang berlebih yaitu lima rokaat. Para sahabat
bingung yang sholat berjamaah bingung. Kemudian setelah usai ada seorang
sahabat yang bertanya kepada Nabi: “Wahai Rosulullah, apakah memang ditambah
rakaat dalam shalat itu?” Nabi balik bertanya “ apa yang terjadi?” mereka
menjawab, “sesungguhnya aku hanyalah manusia biasa, aku dapat lupa, sebagimana
kamu semua dapat lupa. Maka jika aku lupa, ingatkanlah aku”. Nabi SAW juga
merasakan sedih dan gembira, tertekan, dan lega, sumpek dan lapang, marah dan
gelisah, letih dan lelah, kedinginan dan kepanasan, dan tak luput dari bahaya.
Beliau pernah terjatuh dari tunggangan hingga terluka, pernah dihantam musuh di
perang Uhud hingga pahanya terkoyak dan giginya pecah, pernah dilempari batu
oleh sejumlah pemuda dan orang tak tahu diri dari Thaif. Beliau juga kerap
diancam. Nabi SAW juga pernah disihir orang Yahudi, Labid Ibnu Al-a’sham
sehingga beliau tertegun seakan-akan hendak melakukan sesuatu yang tidak ingin
beliau lakukan sampai akhirnya Allah menyembuhkan beliau. Jibril turun membawa dua surah perlindungan, al-Falaq dan an-Nas,
serta membacakan mantera : “Dengan nama Allah
aku melindungimu dari mantera ini dari segala sesuatu yang mengganggumu; dari
kejahatan orang yang dengki dan dari kejahatan mata (‘ayn). Allah
menyembuhkanmu.” Masalah inii dibahas lebih
jelas oleh pakar bidang ini dengan segala pro dan kontranya. Bukti
lain bahwa Nabi benar-benar manusia biasa adalah beliau pernah salah ketika
berpendapat tentang urusan dunia. Misalnya ketika melihat orang Madinah sedang
melakukan penyerbukan kurma, beliau menyarankan sebaiknya jangan. Tapi, ketika
saran beliau diikuti, mereka mengalami gagal panen. Ketika soal itu dilaporkan,
Nabi SAW berujar, “Aku hanyalah manusia. Jika aku memerintahkan sesuatu tentang
agama, ikutilah. Tetapi jika aku memerintahkan sesuatu yang berasal dari
pendapatku, sebenarnya aku hanaya seorang manusia. Kalian lebih tahu tentang
urusan dunia kalian.” (HR Muslim). Ketika
berunding untuk mempersiapkan perang Badar, Nabi SAW menyarankan agar pasukan
muslim mengambil posisi di tempat yang jauh dari sumur. Namun, Hubab Ibn
al-Mundzir mengusulkan pindah ke tempat yang lebih dekat dengan sumur, dan
beliau menerima usulannya. Itulah
sifat-sifat manusia Nabi SAW yang sama sekali tidak menodai citra kenabian dan
tidak mengganggu tugas kerasulannya. Tak hanya sekali beliau menegaskan agar
kaum muslimin tidak menempatkannya melebihi kedudukannya, yaitu sebagai manusia
biasa yang mendapat wahyu darii Allah,
“Jangan puji aku seperti Isa Bin Maryam. Cukup
katakan: Hamba Allah dan Rasulnya.” (HR Al-Bukhari). Nabi SAW juga tidak
suka para sahabat berdiri dan memberi hormat kepadanya.” (HR Daud). Suatu
ketika, di khutbah terakhirnya, Nabi SAW mengingatkan kaum mukmin agar tidak
bersujud di kuburannya. Beberapa jam sebelum wafat, beliau berkata tegas,
“Ingat, orang sebelum kalian suka menjadikan kuburan nabi dan orang saleh
sebagai masjid. Maka kuingatkan pada kalian, jangan kalian jadikan kuburan
sebagai masjid. Sungguh itu dilarang atas kalian.” (Sirah Ibn Hisyam). Rasulullah SAW
juga bersabda, “Ya Allah, jangan jadikan kuburanku sebagai berhala yang
disembah. Sungguh murka Allah atas suatu kaum yang menjadikan kuburan Nabi
mereka sebagai masjid.” (Sirah Ibn Hisyam.
B. Nabi Muhammad
sebagai Nabi dan Pemimpin
Nabi dan Rosul
Kata Nabi berasal dari kata naba’a yang berarti pemberitahuan yang
besar faedahnya. Nabi dalam istilah Islam adalah manusia yang dipilih Allah untuk
menerima wahyu-Nya. Nabi dalam pengertian ini sama dengan pengertian rosul.
Ada beberapa pendapat yang mengemukakan, bahwa antara nabi dan rosul itu
berbeda, Nabi mendapatkan wahyu dan tidak wajib menyampaikannya, sedangkan
rosul mendapatkan wahyu dan wajib menyampaikannya kepada umat. Pendapat lain ialah nabi itu tidak membawa syari’at baru sedang rosul
membawa syari’at baru. Dalam Al-Qur’an menggunakan kata nabi dan
rosul untuk orang yang sama dan kadang-kadang menggunakan kata nabi dan rosul
itu sekaligus. Kata nabi digunakan hanya khusus
ditujukan kepada manusia pilihan Allah swt. sedang rosul ditujukan Allah untuk utusan lainnya,
seperti malaikat.
Nabi Muhammad tidak
hanya bertugas menyampaikan risalah, ilahi, tetapi juga kewajiban untuk menyampaikan
bimbingan dan contoh teladan bagi umat manusia. Oleh karena itulah, mengapa rosul
yang dipilih Allah adalah seorang manusia.
Fungsi malaikat hanya menyampaikan berita dari Allah kepada para
rosul. Sedangkan penyampaian ajaran kepada manusia dan untuk melakukan pembangunan
sistem nilai ilahi ditengah kehidupan manusia, mesti manusia juga. Dalam menyampaikan
wahyu Allah, seorang
menggunakan bahasa kaumnya sebagai media komunikasi agar mudah di pahami dan dipatuhi.
Muhammad adalah
rahmat untuk alam semesta
Tugas Nabi Muhammad adalah
menyampaikan cinta kasih untuk alam semesta. Wujud dari rahmat untuk alam
semesta bahwa peraturan-peraturan yang diajarkan Nabi Muhammad tidak hanya diperuntukan
untuk mengatur dan memberi kebahagiaan pada bangsanya saja (bangsa Arab) tapi untuk
seluruh umat manusia.
Muhammad sebagai Suri Tauladan yang baik
Sebelum menjadi Nabi, Muhammad sudah dikenal dengan julukan Al-Amin (dipercaya).
Setelah mendapat wahyu dari Allah, dia sendiri yang pertama melaksanakan ajaran itu,
kemudian barulah disampaikan kepada orang lain. Kehidupan dan
pribadi Muhammad yang baik itu dijadikan oleh Allah sebagai pola kehidupan yang
baik dan patut ditiru oleh manusia. Berpola pada ibadah yang baik di contohkannya.
Fakta sejarah menjadi bukti kebenarannya, antara lain:
a) Dimalam hari ia bertaubat dan bertagarub kepada Allah padahal ia
tidak pernah berbuat dosa,
b) Sewaktu berdagang ia menjadi pedagang yang ulet dan jujur,
c) Sewaktu berperang ia berada di barisan yang terdepan,
d) Orang yang meminta tolong ditolongnya,
e) Orang yang meminta nasihat dinasehatinya,
f) Tetangga yang
sakit dikunjunginya,
g) Ia menjadi kepala rumah tangga yang baik sekaligus menjadi
pemimpin masyarakat yang baik dan menjadi teman serta sahabat yang baik.
Kepribadian Rasulullah saw adalah sosok yang
sangat sempurna, baik kejujurannya, kedisiplinannya, istiqamahnya, dan seluruh
potensi lainnya, dimiliki oleh Rasulullah saw, sehingga ummat yang hidup pada
masa Rasulullah saw selalu merasakan kedekatan dengan beliau, bahkan Rasulullah
saw selalu mendahulukan kepentingan ummatnya daripada kepentingan dirinya
sendiri. Dikisahkan ketika suatu ketika
beliau dihadiahkan secawan susu, namun rasulullah saw ketika itu memanggil Ibnu
Mas`ud dan Abu Hurairah ra untuk membagikan susu tersebut kepada ahli shuffah
yang hidup dalam keadaan kelaparan, namun mereka tetap bersabar untuk mencari
ilmu bersama rasulullah saw, banyak ayat dan hadits yang menceritakan kelebihan
ahli shuffah ini termasuk salah seorang dari mereka Abu Hurairah dan Abu Zar
al-Ghifari dan lainnya. Mereka-mereka inilah para penghafal hadits-hadits rasulullah saw,
inilah keadaan mereka yang senantiasa mendapatkan perhatian dari Rasulullah
saw. Bagaimana dengan pemimpin kita hari
ini yang terkesan lebih mengutamakan kemewahan mereka semata sementara masih
banyak rakyat hari ini yang lebih menderita dan tidak mendapatkan perhatian
dari pemerintah kita.
Sebagai seorang utusan Allah SWT, sudah tentu Muhammad SAW. Menjadi
penyebar ajaran-Nya kepada umat manusia. Kegiatan penyampaian wahyu dan ajakan
beriman kepada Allah biasanya disebut dakwah. Beliau melaksanakan fungsi dakwah
ini tidak kurang dari 23 tahun. Semakin
bertambahnya jumlah pengikut Nabi, semakin
keras tantangan dilancarkan kaum Quraisy, menurut Ahmad Syalabi, ada lima
faktor yang mendorong orang Quraisy menentang seruan Islam itu :
(1) Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan.
Mereka mengira bahwa tunduk kepada Seruan Muhammad berarti tunduk kepada
kepemimpinan Bani Abdul Muthalib. Yang terakhir ini tidak mereka inginkan.
(2) Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan
hamba sahaya. Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy.
(3) Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang
kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
(4) Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat
berakar pada bangsa Arab.
(5) Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang
rezeki.
C.
Risalah Islam
Risalah yaitu suatu yang diwahyukan Allah SWT berupa prinsip hidup,
moral, ibadah, aqidah untuk
mengatur kehidupan manusia agar terwujud kebahagian di dunia dan akhirat. Secara
harfiyah, risalah berasal dari bahasa Arab yang artinya pesan. Pembawa risalah disebut
rasul, utusan, atau pembawa risalah. Dalam konteks agama (Islam), istilah risalah dimaknai sebagai kerasulan, yakni
para pembawa pesan
dari Allah SWT (wahyu). Jadi , risalah Islam adalah pesan-pesan Allah SWT yang terangkum
dalam ajaran agama Islam sebagai panduan jalan bagi umat.
Definisi Risalah :
a.)
Kamus lisanul arab
Rasail bentuk jama’ dari risalah yang berarti
perlahan-lahan dalam berbicara, meneguhkan, pemahaman, lemah lembut tenpa
mengangkat suara terlalu keras (berlebihan). Dan rosul adalah pembawa risalah.
b.)
Secara etimologis
Risaah berasal dari bahasa Arab yang artinya
pesan pembawa risalah disebu t rosul atau utusan.
c.)
Secara terminologis
Risalah adalah pesan yang diturunkan allah swt
kepada para utusannya (rosul) dalam kompleks islam, pesan dimaksudkan
kalamullah berupa ayat-ayat Al-Qur’an yang menjadi sumber utama ajaran islam.
Risalah berarti tugas kerosulan, yaitu ajaran Allah swt. atau apa
yang dibawa oleh rosul yang harus disampaikan kepada manusia. Risalah Muhammad
berarti ajaran ajaran atau pesan
yang dibawa oleh nabi. Oleh sebab itu risalah erat sekali hubungannya dengan
kata rasul. Sedangkan yang dimaksud
dengan arti Islam bagi manusia adalah fungsi agama islam bagi manusia dan
masyarakat untuk kehidupan dunia sebagai persiapan kehidupan akherat.
Agama Islam adalah suatu supra sistem yang mengandung, antara lain:
1) System Aqidah atau keimanan dan keyakinan,
2) System syariah, yaitu sistem nilai dan norma yang mengandung
ketentuan-ketentuan, perundang-undangan, peraturan bimbingan ajaran dan informasi,
3) Akhlak, atau pola perilaku yang didasarkan pada suatu sistem
nilai dan norma Islam serta proses pembentukan ide atau konsep berpikir yang dapat melahirkan
pola kegiatan interaksi dan bentuk-bentuk pranata sosial tertentu maupun karya budaya yang
bersifat material dan konseptual.
D.
Tujuan Risalah Islam
Tujuan yang ingin dicapai oleh risalah Islam adalah untuk
membersihkan dan menyucikan jiwa, dengan cara mendekatkan diri kepada Allah dan beribadah hanya
kepada-Nya. Selain itu, Islam juga ditujukan untuk mengukuhkan hubungan antara
sesama manusia serta menegakkannya dengan disertai rasa saling menyayangi, toleransi, persamaan dan keadilan.
Dengan demikian, kebahagiaan umat manusia dapat terwujud, baik di dunia maupun
di akhirat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di
antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka
dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,” (Jumu’ah: 2)
Dalam kesempatan yang lain, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam.” (Al Anbiya’: 107 )
BAB III
KESIMPULAN
Nabi Muhammad mengajarkan agar manusia tunduk,
patuh, dan menyerahkan diri kepada hukum-hukum Allah. Beliau adalah figur islam
yang patut dijadikan suri tauladan. Sosok pemimpin islam yang gigih memerangi
kekafiran dengan cara halus tidak mengajarkan radikalisme. Ia selalu
mendahulukan kepentingan umat dibanding kepentingan pribadi. Beliau juga
termasuk Rosul yang mendapat muzizat yang kekal sepanjang masa yaitu kitab
Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Muslim Al Atsari, Abu Isma’il “Nabi Muhammad
manusia biasa”. 17 Nopember 2018. https://al-manhaj.or.id
Muhammad Nasib ar-Rifa’I, Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir
Ibnu Katsir jilid 4cetakan kelima. Jakarta, Gema Insani. 2005
0 on: "KEPRIBADIAN NABI MUAMMAD SAW. DAN RISALAH ISLAM"