Search This Blog

RameRame. Theme images by Storman. Powered by Blogger.

Cara Membuat Voucher Hotspot di Mikhmon Server

 Mikhmon adalah aplikasi berbasis web untuk mempermudah pengelolaan hotspot MikroTik, tanpa menggunakan radius server. Penjelasan lengkap te...

Biografi Imam Muslim

       Imam Muslim adalah ahli hadits (perowi = periwayat) yang sangat masyhur di
samping Imam Bukhori. Hadits-hadits yang diriwayatkannya mempunyai derajat
yang tinggi sehingga digolongkan dalam hadits shohih. Ia mempelajari hadits sejak
kecil dan bepergian untuk mencarinya keberbagai kota besar. Banyak sekali ulama
hadits memujinya, Ahmad bin Salama berkata:” Abu Zur’ah dan Abu Hatim
mendahulukan Muslim atas orang lain dalam bidang mengetahui hadits shahih.”


Biografi Imam Muslim dari Biografi Web

Imam Muslim bernama lengkap Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin
Muslim bin Kausyaz al Qusyairi an Naisaburi. Imam Muslim dilahirkan di
Naisabur tahun 202 H atau 817 M. Naisabur, saat ini termasuk wilayah Rusia. Dalam
sejarah Islam, Naisabur dikenal dengan sebutan Maa Wara’a an Nahr, daerah-
daerah yang terletak di belakang Sungai Jihun di Uzbekistan, Asia Tengah.
Naisabur pernah menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan tidak kurang 150
tahun pada masa Dinasti Samanid. Tidak hanya sebagai pusat pemerintahan dan
perdagangan, kota Naisabur juga dikenal saat itu sebagai salah satu kota ilmu,
bermukimnya ulama besar dan pusat peradaban di kawasan Asia Tengah.
Kecenderungan Imam Muslim kepada ilmu hadits tergolong luar biasa.
Keunggulannya dari sisi kecerdasan dan ketajaman hafalan, ia manfaatkan dengan
sebaik mungkin. Di usia 10 tahun, Muslim kecil sering datang berguru pada Imam Ad
Dakhili, seorang ahli hadits di kotanya. Setahun kemudian, Muslim mulai menghafal
hadits dan berani mengoreksi kekeliruan gurunya ketika salah dalam periwayatan
hadits.
Seperti orang yang haus, kecintaanya dengan hadits menuntun Muslim
bertuangalang ke berbagai tempat dan negara. Safar ke negeri lain menjadi kegiatan
rutin bagi Muslim untuk mendapatkan silsilah yang benar sebuah hadits.

Dalam berbagai sumber, Muslim tercatat pernah ke Khurasan. Di kota ini Muslim
bertemu dan berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih. Di Ray ia
berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu ‘Ansan. Pada rihlahnya ke Makkah
untuk menunaikan haji 220 H, Muslim bertemu dengan Qa’nabi,- muhaddits kota ini-
untuk belajar hadits padanya.
Selain itu Muslim juga menyempatkan diri ke Hijaz. di kota Hijaz ia belajar kepada
Sa’id bin Mansur dan Abu Mas ‘Abuzar. Di Irak Muslim belajar hadits kepada Ahmad
bin Hanbal dan Abdullah bin Maslamah. Kemudian di Mesir, Muslim berguru kepada
‘Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya. Termasuk ke Syam, Muslim banyak
belajar pada ulama hadits kota itu.
Tidak seperti kota-kota lainnya, bagi Muslim, Baghdad memiliki arti tersendiri. Di
kota inilah Imam Muhaddits ini berkali-kali berkunjung untuk belajar kepada ulama
ahli hadits. Terakhir Imam Muslim berkunjung pada 259 H. Saat itu, Imam Bukhari
berkunjung ke Naisabur. Oleh Imam Muslim kesempatan ini digunakannya untuk
berdiskusi sekaligus berguru pada Imam Bukhari.
Berkat kegigihan dan kecintaannya pada hadits, Imam Muslim tercatat sebagai
orang yang dikenal telah meriwayatkan puluhan ribu hadits. Muhammad Ajaj Al
Khatib, guru besar hadits pada Universitas Damaskus, Syria, menyebutkan, hadits
yang tercantum dalam karya besar Imam Muslim, Shahih Muslim, berjumlah 3.030
hadits tanpa pengulangan.
Bila dihitung dengan pengulangan, lanjutnya, berjumlah sekitar 10.000 hadits.
Sedang menurut Imam Al Khuli, ulama besar asal Mesir, hadits yang terdapat dalam
karya Muslim berjumlah 4.000 hadits tanpa pengulangan, dan 7.275 dengan
pengulangan. Jumlah hadits yang ditulis dalam Shahih Muslim merupakan hasil
saringan sekitar 300.000 hadits. Untuk menyelasekaikan kitab Sahihnya, Muslim
membutuhkan tidak kurang dari 15 tahun.
Imam Muslim dalam menetapkan kesahihan hadits yang diriwayatkkanya selalu
mengedepankan ilmu jarh dan ta’dil. Metode ini ia gunakan untuk menilai cacat
tidaknya suatu hadits. Selain itu, Imam Muslim juga menggunakan metode sighat at
tahammul (metode-metode penerimaan riwayat). Dalam kitabnya, dijumpai istilah
haddasani (menyampaikan kepada saya), haddasana (menyampaikan kepada
kami), akhbarani (mengabarkan kepada saya), akhabarana (mengabarkan kepada
kami), maupun qaalaa (ia berkata). Dengan metode ini menjadikan Imam Muslim
sebagai orang kedua terbaik dalam masalah hadits dan seluk beluknya setelah
Imam Bukhari.
Selain itu, Imam Muslim dikenal sebagai tokoh yang sangat ramah. Keramahan yang
dimilikinya tidak jauh beda dengan gurunya, Imam Bukhari. Dengan reputasi ini

Imam Muslim oleh Adz-Dzahabi disebutan sebagai Muhsin min Naisabur (orang baik
dari Naisabur).
Maslamah bin Qasim menegaskan, “Muslim adalah tsiqqat, agung derajatnya dan
merupakan salah seorang pemuka (Imam).” Senada dengan Maslamah bin Qasim,
Imam An-Nawawi juga memberi sanjungan: “Para ulama sepakat atas
kebesarannya, keimanan, ketinggian martabat, kecerdasan dan kepeloporannya
dalam dunia hadits.”
Seperti halnya Imam Bukhari dengan Al-Jami’ ash-Shahih yang dikenal sebagai
Shahih Bukhari, Imam Muslim juga memiliki kitab munumental, kitab Shahih Muslim.
Dibanding kitab-kitab hadits shahih karya Imam Muslim lainnya, Shahih Muslim yang
memuat 3.033 hadits memiliki karakteristik tersendiri. Imam Muslim banyak
memberikan perhatian pada penjabaran hadits secara resmi. Imam Muslim bahkan
tidak mencantumkan judul-judul pada setiap akhir dari sebuah pokok bahasan.
Sebenarnya kitab Shahih Muslim dipublikasikan untuk Abu Zur’ah, salah seorang
kritikus hadits terbesar, yang biasanya memberikan sejumlah catatan mengenai
cacatnya hadits. Lantas, Imam Muslim kemudian mengoreksi cacat tersebut dengan
membuangnya tanpa argumentasi. Karena Imam Muslim tidak pernah mau
membukukan hadits-hadits yang hanya berdasarkan kriteria pribadi semata, dan
hanya meriwayatkan hadits yang diterima oleh kalangan ulama. Sehingga hadits-
hadits Muslim terasa sangat populis.
Sebenarnya para ulama berbeda pendapat mana yang lebih unggul antara Shahih
Muslim dengan Shahih Bukhari. Jumhur Muhadditsun berpendapat, Shahihul
Bukhari lebih unggul, sedangkan sejumlah ulama Marokko dan yang lain lebih
mengunggulkan Shahih Muslim. Perbedaan ini terjadi bila dilihat dari sisi pada
sistematika penulisannya serta perbandingan antara tema dan isinya.
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengulas kelebihan Shahih Bukhari atas Shahih Muslim, antara
lain, karena Al-Bukhari mensyaratkan kepastian bertemunya dua perawi yang
secara struktural sebagai guru dan murid dalam hadits Mu’an’an agar dapat
dipastikan sanadnya bersambung. Sementara Imam Muslim menganggap cukup
dengan “kemungkinan” bertemunya kedua rawi dengan tidak adanya tadlis.
Al-Bukhari mentakhrij hadits yang diterima para perawi tsiqqat derajat utama dari
segi hafalan dan keteguhannya. Walaupun juga mengeluarkan hadits dari rawi
derajat berikutnya dengan sangat selektif. Sementara Muslim, lebih banyak pada
rawi derajat kedua dibanding Bukhari. Selain itu, kritik yang ditujukan kepada perawi
jalur Muslim lebih banyak dibanding al-Bukhari.
Sementara pendapat yang berpihak pada keunggulan Shahih Muslim beralasan,
seperti yang dijelaskan Ibnu Hajar, Muslim lebih berhati-hati dalam menyusun kata-
kata dan redaksinya. Muslim juga tidak membuat kesimpulan dengan memberi judul
bab seperti yang dilakukan Bukhari lakukan. Imam Muslim wafat pada Ahad sore,

pada tanggal 24 Rajab 261 H dengan mewariskan sejumlah karyanya yang sangat
berharga bagi kaum Muslim dan dunia Islam.

Akhir Hayat Imam Muslim
Setelah mengarungi kehidupan yang penuh berkah, Muslim wafat pada hari Ahad
sore, dan di makamkan di kampung Nasr Abad daerah Naisabur pada hari Senin, 25
Rajab 261 H. dalam usia 55 tahun. Selama hidupnya, Muslim menulis beberapa
kitab yang sangat bermanfaat

Para Guru Imam Muslim
Imam Muslim mempunyai guru hadits sangat banyak sekali, diantaranya adalah:
Usman bin Abi Syaibah, Abu Bakar bin Syaibah, Syaiban bin Farukh, Abu Kamil al-
Juri, Zuhair bin Harab, ’Amar an-Naqid, Muhammad bin Musanna, Muhammad bin
Yasar, Harun bin Sa’id al-Aili, Qutaibah bin sa’id dan lain sebagainya.

Murid yang meriwayatkan Haditsnya
Banyak para ulama yang meriwayatkan hadits dari Muslim, bahkan di antaranya
terdapat ulama besar yang sebaya dengan dia. Di antaranya, Abu Hatim ar-Razi,
Musa bin Harun, Ahmad bin Salamah, Abu Bakar bin Khuzaimah, Yahya bin Said,
Abu Awanah al-Isfarayini, Abi isa at-Tirmidzi, Abu Amar Ahmad bin al-Mubarak al-
Mustamli, Abul Abbas Muhammad bin Ishaq bin as-Sarraj, Ibrahim bin Muhammad
bin Sufyan al-Faqih az-Zahid. Nama terakhir ini adalah perawi utama bagi Shahih
Muslim. Dan masih banyak lagi muridnya yang lain.

Pujian para Ulama Terhadap Imam Muslim
Apabila Imam Bukhari sebagai ahli hadits nomor satu, ahli tentang ilat–ilat (cacat)
hadits dan seluk beluk hadits, dan daya kritiknya sangat tajam, maka Muslim adalah
orang kedua setelah Bukhari, baik dalam ilmu, keistimewaan dan kedudukannya.
Hal ini tidak mengherankan, karena Muslim adalah salah satu dari muridnya.
Al-Khatib al-Bagdadi berkata: “Muslim telah mengikuti jejak Bukhari,
mengembangkan ilmunya dan mengikuti jalannya.” Pernyataan ini bukanlah
menunjukkan bahwa Muslim hanya seorang pengikut saja. Sebab ia mempunyai ciri
khas tersendiri dalam menyusun kitab, serta memperkenalkan metode baru yang
belum ada sebelumnya.

Imam Muslim mendapat pujian dari ulama hadis dan ulama lainnya. Al–Khatib al-
Bagdadi meriwayatkan dari Ahmad bin Salamah, katanya “Saya me-lihat Abu
Zur’ah dan Abu Hatim selalu mengutamakan Muslim bin al-Hajjaj dari pada guru-
guru hadits lainnya.
Ishak bin Mansur al-Kausaj berkata kepada Muslim: “Kami tidak akan kehilangan
kebaikan selama Allah menetapkan engkau bagi kaum muslimin.”
Ishak bin Rahawaih pernah mengatakan: “Adakah orang lain seperti Muslim?”. Ibnu
Abi Hatim mengatakan: “Muslim adalah penghafal hadits. Saya menulis hadits dari
dia di Ray.” Abu Quraisy berkata: “Di dunia ini, orang yang benar-benar ahli hadits
hanya empat orang. Di antaranya adalah Muslim.” Maksudnya, ahli hadits terkemuka
di masa Abu Quraisy. Sebab ahli hadits itu cukup banyak jumlahnya.
Kitab tulisan Imam Muslim
Imam muslim mempunyai kitab hasil tulisannya yang jumlahnya cukup banyak. Di
antaranya:
1. Al-Jamius Syahih
2. Al-Musnadul Kabir Alar Rijal
3. Kitab al-Asma’ wal Kuna
4. Kitab al-Ilal
5. Kitab al-Aqran
6. Kitab Sualatihi Ahmad bin Hanbal
7. Kitab al-Intifa’ bi Uhubis Siba’
8. Kitab al-Muhadramain
9. Kitab Man Laisa Lahu illa Rawin Wahidin
10. Kitab Auladus Sahabah
11. Kitab Auhamul Muhadisin.
Kitabnya yang paling terkenal sampai kini ialah Al-Jamius Shahih atau Shahih
Muslim.

0 on: "Biografi Imam Muslim"